Kisah Alue Naga merupakan legenda dari daerah Aceh tentang penyelidikan Sultan Meurah terhadap kejadian aneh yang terjadi di sebuah desa dekat Kuta Raja. Penduduk desa kehilangan ternak dan bukit Lamyong menyebabkan gempa bumi dan tanah longsor. Sultan Meurah mengirim sahabatnya Renggali untuk menyelidiki dan Renggali mendaki bukit dan menemukan bahwa sebenarnya naga yang menyebabkan masalah. Naga itu adalah abdi Sultan Alam yang telah mengkhianati dan membunuh sahabat Sultan Alam, Raja Linge. Nah berikut cerita legenda Alue Naga dalam Bahasa Inggris & Bahasa Indonesia. ==== The Legend of Alue Naga The story of Dragon Alue is a legend that comes from the Aceh region. Once upon a time, Sultan Meurah heard that something was troubling his people in a village near Kuta Raja. Hearing that his people were facing trouble, Sultan Meurah visited the village. The villagers said their livestock was disappearing and the Lamyong hill was causing earthquakes and landslides. “Sir, many of our livestock disappeared while on the Lamyong hill,” complained a farmer. ” Sometimes the hill causes earthquakes so that landslides often occur and endanger people who happen to pass under it,” added another. “Since when did this happen?” asked Sultan Meurah. “It’s been a long time, my lord, before my lord’s father died,” explained another. === Sultan Meurah was curious about the hill and asked his best friend, Renggali, to find out what was going on. Renggali was the son of Raja Linge Mude. Renggali went to the hill and explored it from top to bottom, from the north to the south. He found that it was a strange hill and climbed to the top. Suddenly, warm water started flowing from under his feet. Renggali was surprised and jumped down. === Just then, the hill spoke and said, “Forgive the servant of King Linge’s son!” Renggali was shocked and asked who was speaking. The water was getting deeper, and the hill answered, “I am the dragon, your father’s friend.” There was a loud roar, and Renggali knew that he had found the source of the trouble. === Renggali was very surprised to see the hill shaped like a giant snake. “Is that you? Then where is my father? asked Renggali. He was even more shocked when the hill spoke and asked Renggali to call Sultan Meurah. “Call Sultan Alam, I will make a confession!” Hiss the hill. Renggali quickly went back to the palace to inform the Sultan about what had happened. When they arrived at the hill, the hill said it wanted to confess. ==== It turned out that the hill was actually the Green Dragon, a servant of Sultan Alam who had betrayed and killed Sultan Alam’s friend, Raja Linge. “Why didn’t Sultan Alam come?” A voice from the hills. “He’s been dead for a long time, it’s been a long time, why are you like this Green Dragon? We thought you had returned to your country, so where is King Linge?” Sultan Meurah asked. The Green Dragon explained that Sultan Alam had asked him to deliver gifts of swords to his friends. When the Green Dragon arrived at Raja Linge’s home, he found six white buffaloes that had been left as a gift for Sultan Alam. He became greedy and decided to keep the buffaloes for himself. The Green Dragon also killed Raja Linge when he tried to take the gift back. “Judge me, punish me,” asked the hill. “My servant has betrayed me, I deserve to be punished,” he continued. “The servant has stolen and spent the white buffalo gift from Tuan Tapa for Sultan Alam entrusted to us and the servant has killed Raja Linge,” he explained. “How can you kill your own friend?” asked Renggali. Renggali was horrified to hear the Green Dragon’s confession. He couldn’t believe that the dragon would betray and kill its own friend. ==== “I feel so sorry for what I did,” said the dragon. “I stole the buffaloes and blamed others for it. I never meant to hurt anyone, but my greed got the best of me.” The dragon stole two buffaloes and ate them. King Linge was searching for the thief and Green Dragon pointed the finger at the tiger king and crocodile king. Raja Linge then killed them. Green Dragon continued to steal buffaloes and eventually, Raja Linge caught him in the act. “What happened after that?” asked Sultan Meurah. “Raja Linge was so upset with me that we got into a big fight,” explained the dragon. “In the end, I was the one who killed Raja Linge. But I never wanted things to end up like this.” ===== Sultan Meurah was curious, “Why are you here, stuck like this?” The dragon explained, “King Linge stuck his sword into my body, making me unable to move. He then fell on top of me, and a blow from him caused the ground to split and I was buried here with him.” The dragon cried out, “Forgive me, punish me!” The Green Dragon said, “I accept my fate. Let me die and be buried with my friend.” But Sultan Meurah had a different plan, “Renggali, Give him punishment, you have the right to punish him.” Renggali replied, “My father does not want to kill him. I will free him.” But the Green Dragon begged, “No! I want to be punished for what I’ve done.” And so, Sultan Meurah ordered, “Then set him free!” Renggali and Sultan Meurah searched for King Linge’s sword, and after finding it, Renggali pulled it out. But the Green Dragon still wouldn’t move. He asked to be punished, but Sultan Meurah declared, “The punishment you received from King Linge was enough. His son has freed you. Go back to your country.” With tears in his eyes, the dragon slowly moved towards the sea, creating a groove or small river. This area on the outskirts of Kuta Raja was named Alue Naga, a place filled with swamps and a small river, surrounded by the tears of regret from a dragon who had betrayed his friend. === Legenda Alue Naga Suatu ketika, Sultan Meurah mendengar ada yang meresahkan rakyatnya di desa dekat Kuta Raja. Mendengar bahwa rakyatnya sedang menghadapi masalah, Sultan Meurah mengunjungi desa tersebut. Penduduk desa mengatakan ternak mereka menghilang, karena di bukit Lamyong sering terjadi gempa bumi dan tanah longsor. “Tuan, ternak kami banyak yang hilang saat berada di bukit Lamyong,” keluh seorang petani. “Sering terjadi gempa dan longsor sehingga membahayakan orang yang kebetulan lewat di bawahnya,” tambah yang lain. “Sejak kapan ini terjadi?” tanya Sultan Meurah. “Sudah lama tuanku, sebelum ayah tuanku meninggal,” urai yang lain. ==== Sultan Meurah penasaran dengan bukit tersebut dan meminta sahabatnya, Renggali, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Renggali adalah anak dari Raja Linge Mude. Renggali pergi ke bukit dan menjelajahinya dari atas ke bawah, dari utara ke selatan. Dia menemukan bahwa bukit itu aneh. Tiba-tiba, air hangat mulai mengalir dari bawah kakinya. Renggali terkejut dan melompat turun. ==== Seketika, bukit itu berbicara dan berkata, “Maafkan hamba, putra Raja Linge!” Renggali terkejut dan bertanya siapa yang berbicara. Air semakin dalam, dan bukit itu menjawab, “Aku naga, teman ayahmu.” Terdengar suara gemuruh yang keras, dan Renggali tahu bahwa dia telah menemukan sumber masalahnya. ==== Renggali sangat terkejut melihat bukit yang berbentuk seperti ular raksasa itu. “Apakah itu kamu si Naga Hijau? Lalu dimana ayahku? tanya Renggali. Ia semakin terkejut ketika bukit itu berbicara dan meminta Renggali untuk memanggil Sultan Meurah. “Panggil Sultan Alam, saya akan membuat pengakuan!” Desis bukit. Renggali segera kembali ke istana untuk memberi tahu Sultan tentang apa yang telah terjadi. Ketika mereka sampai di bukit, bukit itu mengatakan ingin mengaku. ==== Ternyata bukit itu sebenarnya adalah Naga Hijau, seorang anak buah Sultan Alam yang telah berkhianat dan membunuh sahabat Sultan Alam, Raja Linge. “Mengapa Sultan Alam tidak datang?” Suara dari bukit. “Dia sudah lama mati, sudah lama sekali, mengapa kamu seperti ini Naga Hijau? Kami pikir kamu telah kembali ke negaramu, jadi di mana Raja Linge?” tanya Sultan Meurah. Sang Naga Hijau menjelaskan bahwa Sultan Alam memintanya untuk mengantarkan hadiah berupa pedang kepada para sahabatnya. Ketika Naga Hijau tiba di rumah Raja Linge, ia menemukan enam ekor kerbau putih yang ditinggalkan sebagai hadiah untuk Sultan Alam. Dia menjadi serakah dan memutuskan untuk memakan kerbau-kerbau itu. Naga Hijau juga membunuh Raja Linge ketika dia mencoba mengambil kembali hadiah itu. “Hukum hamba, hukum hamba” kata bukit itu. “Hamba telah membunuh tuanku, hamba pantas dihukum,” lanjutnya. “Hamba telah mencuri dan menghabiskan kerbau putih pemberian Tuan Tapa untuk Sultan Alam yang dititipkan kepada kami dan hamba telah membunuh Raja Linge,” jelasnya. “Bagaimana kamu bisa membunuh temanmu sendiri?” tanya Renggali. Renggali terkejut mendengar pengakuan Naga Hijau. Dia tidak percaya naga itu akan mengkhianati dan membunuh temannya sendiri. ==== “Hamba merasa sangat menyesal atas apa yang telah hamba lakukan,” kata sang naga. “Hamba mencuri kerbau dan menyalahkan orang. Hamba tidak pernah bermaksud menyakiti siapa pun, tetapi keserakahan menguasai hamba.” Naga itu mencuri dua kerbau dan memakannya. Raja Linge mencari pencuri dan Naga Hijau menuding harimau dan buaya. Raja Linge kemudian membunuh harimau dan buaya itu. Si Naga Hijau terus mencuri kerbau dan akhirnya, Raja Linge berhasil menangkapnya. “Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Sultan Meurah. “Raja Linge sangat marah padaku sehingga kami bertengkar hebat,” jelas sang naga. “Pada akhirnya, hambalah yang membunuh Raja Linge. Tapi hamba tidak pernah menginginkan hal tersebut berakhir seperti ini.” === Sultan Meurah penasaran, “Kenapa kamu di sini, dan terjebak di sini?” Naga itu menjelaskan, “Raja Linge menancapkan pedangnya ke tubuh hmba, membuat hamba tidak bisa bergerak. Dia kemudian terjatuh di atas hamba, dan hantamannya menyebabkan tanah terbelah dan hamba terkubur di sini bersamanya.” Naga itu berteriak, “Maafkan hamba, hukum hamba!” Naga Hijau berkata, “Hamba menerima takdir hamba. Biarkan hamba mati dan dikubur bersama temanku.” Tapi Sultan Meurah punya rencana lain, “Renggali, beri dia hukuman, kamulah yang berhak menghukumnya.” Renggali menjawab, “Ayahku tidak mau membunuhnya. Aku akan membebaskannya.” Tapi Naga Hijau memohon, “Tidak! Hamba ingin dihukum atas apa yang telah hamba lakukan.” Maka, Sultan Meurah memerintahkan, “Kalau begitu bebaskan dia!” Renggali dan Sultan Meurah mencari pedang Raja Linge, dan setelah itu mencabutnya. Tetapi Naga Hijau masih tidak mau bergerak. Dia meminta untuk dihukum, tetapi Sultan Meurah menyatakan, “Hukuman yang kamu terima dari Raja Linge sudah cukup. Putranya telah membebaskanmu. Kembalilah ke negaramu.” Dengan berlinang air mata, naga itu perlahan bergerak menuju laut, menciptakan alur sungai kecil. Daerah di pinggiran Kuta Raja ini sekarang bernama Alue Naga, sebuah tempat yang dipenuhi rawa dan sungai kecil, dikelilingi oleh air mata penyesalan dari seekor naga yang telah mengkhianati temannya.
AlueNaga adalah cerita rakyat Riau yang menceritakan sebuah tempat dimana terdapat seekor naga yang kepalanya tertusuk pedang. Naga tersebut diselamatkan oleh seorang raja dan pangeran. Menangis kesakitan, ketika diselamatkan, naga pun menggeser tubuhnya menuju laut secara perlahat.Cerita Rakyat Alue Naga – Pada jaman dahulu kala ada sebuah sultan bernama Meurah yang akan mengunjungi daerah pedesaan di pinggiran kuta raja. Dan banyak sekali rakyat yang mengeluh akan kehilangan hewan-hewan ternaknya. Bahkan ada juga bencana alam yang sering terjadi seperti gempa dan membahayakan banyak orang. Raja memerintahkan renggali untuk menelusuri apa yang terjadi di bukit sana dan sesampainya di sana ia merasa ada yang aneh dengan bukit tersebut lalu ia menaiki lagi bukit itu yang tinggi saat itu dia bingung karena ada muncul air di bawah kakinya. Baca Juga Asal Mula Kota Bandung Dan tiba-tiba ada suara orang teriak minta maaf lalu setelahnya itu Renggali mengaku suara tersebut adalah naga sahabat ayahnya sungguh mengejutkan Renggali saat melihat ternyata bukit itu mirip sekali dengan kepala ular yang tertimbun semak belukar, dan naga itu meminta sultan alam untuk datang langsung menemuinya. Renggali yang hendak menceritakan kisahnya tersebut kepada sultan meurah sesudahnya sultan langsung beranjak ke bukit sesampainya di sana naga tersebut menceritakan kejadian hingga saat sultan alam meninggal dan ia terjebak di bukit ini, ia meminta untuk dihukum namun sang anak tidak ingin melakukannya ataupun menghukumnya. Karena ayahnya tidak ingin menghukumnya apalagi saya, akhirnya sang naga dibebaskan dan mereka mencoba untuk mencari pedang yang ditusukkan ke tubuhnya. Setelah pedang itu terlepas maka sang naga diminta secara langsung oleh sultan untuk kembali ke tempat asalnya yaitu di laut. Lalu dengan sedih hati naga tersebut mulai menggeser tubuhnya secara sedikit demi sedikit lalu menuju ke laut dan hal ini lah yang menyebabkan terbentuknya alur sungai kecil disekeliling dipenuhi dengan rawa-rawa air, dan sekarang sultan memberi nama daerah tersebut dengan Alue Naga. Baca Juga Cerita Rakyat Legenda Batu Raden
Նумичጧйէς щонևπօсιվа | Иյωτ ዋкυниֆяշ նоцոтխши |
---|---|
ጂмалጺкеቶя окаπеλևнеκ ս | Уնуվу аጄምφо |
Σамиφυտеμю φеσጶζер | Убраጃаኩе еኯыкри ηул |
Ը тве բунуγաпр | ጉυγեዪኺк оራοки еյωка |
Уμюнαγοሲаδ шቼβፈхр | Срሡло щեዚ тосըպոጾ |
96Analisis Arketipe dalam Cerita Rakyat Naga Raksasa dan Putroe Halouh Irawan Syahdi Fungsional Peneliti Balai Bahasa Aceh Pos-el: Irawan_Syahdi@ Arketipe adalah model atau pola yang mula-mula, berdasarkan pola asal ini dibentuk atau dikembangkan hal yang baru; prototipe.